Launching Buku “Blind Power”

Minggu ini aku lagi sibuk banget bin pusing mikirin acara peluncuran buku ‘Blind Power’ yang ditulis oleh Eko Ramaditya. Mana waktunya mepet banget bo. Awalnya kita berniat meluncurkannya seminggu setelah puasa pertama, tapi khawatir mengganggu orang yang sedang beribadah taraweh. Bisa-bisa pengunjung yang datang tidak akan banyak.

Akhirnya disepakati tanggal 29 Agustus hari Jumat malam sekitar pukul 19.00, sebelum bulan puasa tiba. Masalahnya: di mana, dan bagaimana caranya? Kalau di cafe? Udah biasa? Di Blitz? Udah pernah ada yang melakukan, tapi lucu juga tuh. Di toko buku Gramedia? Apalagi, biasa banget. Di TIM? Apa ada yang dateng ya? Pake acara seminar motivasi dulu? Halah, bosan kali pengunjungnya. Kelamaan. Jadi gimana dong?

Untuk membuat sebuah peluncuran buku diliput dan dimuat oleh media memang tidak mudah. Kalau sekedar didatangi oleh wartawan memang gampang. Biasanya mereka mau datang. Tetapi untuk dimuat? Eit…tunggu dulu. Aku berkali-kali menyaksikan acara yang sepintas banyak diliput wartawan, eh…ternyata tidak mendapat jatah tayang.

Contoh peluncuran buku yang paling spektakuler dapat kita lihat pada buku-buku Tung Desem Waringin. Saat meluncurkan Financial Revolution, TDW menunggang kuda dengan berpakaian tradisional Jawa sambil membawa buku. Adapun pada buku Marketing Revolution, TDW menyebarkan uang dari pesawat yang menimbulkan kehebohan, sehingga beritanya dimuat oleh hampir semua media lokal, bahkan internasional. Dari segi anggaran, tentu saja cara-cara unik seperti ini lebih efisien dibandingkan memasang iklan secara konvensional.

Nah, pertanyaannya, apa yang harus aku lakukan untuk meluncurkan buku Blind Power tadi? Apakah konsep yang bisa kutawarkan untuk peluncuran ini sehingga media dengan suka rela meliput acara ini dan menayangkannya.

Sebagai ilustrasi, buku Blind Power berisi biografi Rama, seorang tuna netra dengan segala perjalanan hidupnya, baik susah maupun senang. Intinya sih mirip dengan tagline Rizal Mallarangeng, “If There is a Will, There is a Way. Rama yang memiliki keterbatasan dalam hal penglihatan, ternyata diberikan kekuatan dalam aspek lain oleh Sang Khalik. Tentu saja, cerita dalam buku ini bukanlah cerita yang sempurna semua. Rama tetaplah orang biasa.

Misalnya saja, ada kejadian konyol saat Rama berdesakan di bus dan secara tidak sengaja memegang gunung kembar seorang ibu. Langsung saja si ibu menonjok Rama. Tetapi setelah mengetahui Rama seorang tuna netra, si ibu malah minta maaf.

Rama bisa bepergian ke mana-mana sendiri dengan angkutan umum. Kalau naik motor atau menyetir mobil sendiri tentu saja tidak bisa.

Dia sudah terlatih memetakan jalan, baik dengan cara merasakan angin berhembus, maupun berbasiskan land mark. Meskipun demikian, tetap saja Rama pernah kena batunya, yaitu saat jatuh di Stasiun Buaran karena didorong penumpang lain. Untung saja, temannya segera menariknya. Jika tidak, barangkali….

Sebagai pencinta game, rama akhirnya bisa membuat musik game. Karyanya bahkan dipakai oleh Nintendo untuk salah satu game mereka. Hanya saja, sangat disayangkan nama Rama tidak keluar dalam Credit Title.

Nah, setelah tahu inti ceritanya, saya mohon bantuan dari teman-teman untuk menyumbang ide-ide kreatif, jika perlu ide gila, bagaimana cara yang paling efektif untuk meluncurkan buku Rama ini.

Intinya:

1. Konsep Acara

2. Di mana tempatnya?

3. Siapa yang terlibat (undangan, pengisi acara, wartawan)

4. Sponsor (kalau ada). Udah mepet gini, cari sponsor sulit banget deh pastinya.

5. EO yang disarankan (jika perlu).

Bagi ide yang terpilih akan mendapatkan hadiah khusus dari kami. Btw, nggak menarik ya kalau cuma hadiah khusus tapi nggak disebutin. Hmm… apa ya hadiahnya? Ada ide nggak? Halah, minta ide terus nih….

15 tanggapan untuk “Launching Buku “Blind Power”

  1. Blind Power …
    It’s about darkness … kegelapan …
    mikir… mikir …
    1. Konsep ? Darkness –> to Light —> Gelap ke Terang ? Dark Knight ?
    2. Dimana ? … Planetarium … atau tempat apapun yang (biasanya) Gelap … Bioskop ?? hehehe … tapi bisa di terangin tentunya …
    3. Undangan … jangan lupa undang rekan-rekan yang tuna netra berprestasi … yang pasti … mereka pasti lebih survive di ruang yang gelap …

    4. Sponsor ??? hehehe no comment … no clue
    5. EO … also no clue

    Wah, lumayan juga nih idenya Bos.
    Planetarium? Ehmm…lucu juga, tapi izinnya mungkin lebih rumit.
    Bioskop? Bisa dicoba…
    Gelap ke Terang? Boleh dicoba agar orang non diffable bisa berempati terhadap mereka.
    Sponsor? Perusahaan si Bos kan biasanya care dengan yang beginian. Bagian dari CSR lah…He he…
    Tuna netra berprestasi diundang? So pasti….
    Makasih bos.
    Ime-chan dan Lala belum kembali lagi nih…
    Apa kapok mereka ya?
    He he…

  2. huh kalah cepat aku sama mas trainer…
    sambil belanja tadi aku mikir nih
    suatu tempat yang gelap, atau memakai kacamata gelap
    dan mengalami sendiri bagaimana jika melakukan hal2 yang dilakukan mas Eko dalam buku (semacam jikken =praktikum)— misalnya ada booth tertentu.
    bahkan mungkin dengan “meraba” gunung kembar (boongan loh)

    ngga kepikiran di planetarium, tapi usulnya mas trainer itu bagus kalo menurut saya, dibandingkan bioskop. tapi mungkin saya sendiri kalo diundang ngga bakal datang secara saya gelap phobia.

    sponsor kacamata gimana? bausch lomb… mepet ya
    obat tetes mata….. apa saja yang berhubungan dengan mata…

    hmmm

    makasih idenya Ime-chan.
    tempat gelap? ehmmm benar tuh…tempat gelap.
    terima kasih info EO-nya…

  3. Nambahin Emiko Bang …
    Ya maksudku juga begitu …
    Kita ajak audience masuk ke situasi yang dialami si Rama sang penulis itu …
    Kita buat mereka buta … (tentu sesaat)
    Entah kita tutup matanya atau gimana gitu … lalu bersama-sama dengan audience tuna netra melakukan suatu hal …
    kita lihat hasilnya … bagusan mana …

    Then audience yang “bisa melihat” … sadar bagaimana hebatnya perjuangan mereka yang tidak beruntung karena tuna netra …
    How’s that ???

    (brainstorm Bang … brainstorm … )(spinning wheel)

    Wah idenya bagus Bos, terutama saat hadirin berada di tempat gelap dan melakukan suatu hal…
    Aku akan ambil konsep ini…
    Makasih Bos…

  4. Minta Kick Andy aja yg jadi sponsor
    siapa tau bisa jadi tema acaranya
    kayaknya dia suka yg beginian..

    kalau buat segmen ibu2, bisa pakai Dorce Show atau Ceriwis
    tapi jangan pakai Super Twin ya, halah… 🙂

    satu lagi;
    acara bisa diadakan di salah satu SMA,
    audiencenya anak2 remaja tersebut,
    biar bisa menginspirasi mereka,
    plus datangin ARIS sebagai bintang tamu,
    dan… Hery sebagai hostnya…. 🙂

    Sayangnya Rama udah pernah tampil di Kick Andy tuh….
    Kalau dipanggil lagi masih mau nggak ya?
    Ntar dicoba deh…

  5. saya belum banyak terlibat dalam acara peluncuran buku, mas azwan. yang pasti, pasti akan banyak pengunjungnya jika ada jatah buku gratisnya, hehehe 😆 selamat juga kepada eko ramaditya yang telah berhasil menerbitkan bukunya….

    jatah buku gratis? ehm….benar juga…tapi modalnya jadi gede ya Pak?

  6. Wah… saya juga kepikiran ideu om NH, di tempat gelap. Jadi inget “ide gelo” restoran yg ruangannya gelap gulita. Sayangnya di Indon belum ada restoran kayak gitu (Eh udah ada belum yak?). Atau konsep acaranya bisa juga diawali dg yg kayak gitu. Wah ideunya masih gigih (belum mateng) euy.

    *waduh maap nih kebablasan komen, saya lagi hiatus sebenernya…*

    Katanya ada Blind Cafe di Jakarta.
    Nanti akan saya jajaki…
    Hiatus?

  7. Perhatian sodara-sodara….
    Launching buku Rama akhirnya dilakukan pada:

    Hari/Tanggal : Sabtu/30 Agustus 2008
    Tempat : Munik Restoran, Jl Matraman Raya No 80-82
    Waktu : Pukul 15.00-18.00 WIB

    Bagi yang punya kesempatan dan niat, dapat langsung meluncur ke tempat acara pada waktu dan tanggal di atas.

  8. Kami sedang mencari sponsor untuk launging buku panduan terhadap kitab-kitab suci agama-agama berjudul:

    “BHINNEKA CATUR SILA TUNGGAL IKA”
    Penulis: Soegana Gandakoesoema
    Penerbit: GOD-A CENTRE
    berikut BONUS: “SKEMA TUNGGAL ILMU LADUNI TEMPAT ACUAN AYAT KITAB SUCI TENTANG KESATUAN AGAMA (GLOBALISASI), berukuran 63×60 cm.

    Buku ilmu caranya menyelesaikan perselisihan persepsi antara agama-agama dan didalam agama untuk era globalisasi agama.

    “Pembaharu Persepsi Tunggal Agama millennium ke-3 masehi.
    Hubungi telp. 021.8880847

Tinggalkan komentar