Krisis Pangan dan Energi

Khotib Jumat di mesjid kantor kami minggu lalu cukup gaul. Meskipun rambutnya sudah sedikit memutih, materi khutbahnya menyentuh masalah keseharian yang kita hadapi. Kali ini dia berbicara mengenai krisis pangan.

Kekhawatiran atas krisis pangan dan energi sekaligus ini sudah didengungkan oleh beberapa tokoh dunia seperti direktur FAO (Food and Agreecultural Organization). Jika krisis pangan ini tidak diatasi secara serius, maka Indonesia dapat mengalami kerusuhan, persis yang sudah terjadi di negara lain seperti Nicaragua, Haiti dan Mesir. Nah lho? Mesir aja yang dianggap sebagai kiblat mahasiswa untuk belajar ilmu keislaman, bisa rusuh.

Presiden SBY pada tanggal 30 April 2008 berpidato di hampir seluruh stasiun televisi mengajak kita untuk berhemat. Menurut sebagian pengamat, ini merupakan sinyal bakal ada kenaikan harga BBM. Ada yang mengatakan premium akan naik menjadi Rp 6.000, ada pula yang Rp 8.000. Intinya, kita harus siap-siap untuk menghadapi kehidupan yang lebih berat.

Kenaikan harga BBM bisa dipastikan akan mengakibatkan inflasi yang tinggi. Harga sembako dan produk lainnya dapat dipastikan ikut-ikutan naik. Bagi pekerja yang berpenghasilan tetap, kenaikan harga barang tanpa diikuti oleh kenaikan gaji pasti sangat memusingkan. Apalagi yang bisa dihemat?

Mau naik sepeda ke kantor, wah belum nyampe kantor udah gempor duluan. Belum lagi asap knalpot di jalan yang semakin menyesakkan pernapasan. Terus mandinya di mana?

Mau mengurangi pemakaian listrik? Perasaan semua lampu di rumah sudah pakai lampu neon.

Wah, kalau yang jelek-jelek terus dipikirin nanti kita tambah stress. Makanya, selagi kita masih bisa makan sepiring nasi, minum seteguk air, tidur nyenyak, dan yang penting masih bisa ngeblog, cukuplah. Bahagia bersama kita…

5 tanggapan untuk “Krisis Pangan dan Energi

  1. **Makanya, selagi kita masih bisa makan sepiring nasi, minum seteguk air, tidur nyenyak, dan yang penting masih bisa ngeblog, cukuplah. Bahagia bersama kita…**
    Akur.. Alhamdulillah.

    Semoga Pemimpin negeri ini mampu menyelesaikan permasalahan yg sangat mendasar ini… kondisi aman saja banyak yg sulit.. tidak terbayangkan jika,..

    Alhamdulillah bentar lagi ketemu nasi.

    Nasinya bagi-bagi dong, Mas? Apalagi kalau nasi kebuli. Ups…

  2. Iya bang …
    ini masalah yang rumit banget …
    Yang jelas … kita lakukan apa yang bisa lakukan …
    Kerja Keras … !!!

    Tenk kyu Bang.

    Yoi, Bos.
    Terus semangat…

  3. Kalau peristiwa naiknya bbm seperti ini terjadi 15 tahun yang lalu, Indonesia akan menikmati hasilnya. Tapi sejak 2001 Indonesia menjadi Net Importer (lebih impor). Hal ini terjadi diakibatkan begitu pesatnya pertambahan kendaraan yang menggunakan bbm dan semakin menurunnya produksi minyak mentah kita.

    Sedangakan untuk masalah pangan (khususnya beras), tahun lalu Indonesia masih surplus 2 juta ton. Walau dengan kondisi surplus ini, Indonesia harus tetap waspada menghadapi krisis pangan.

    Awal bulan Juni nanti akan ada kenaikan bbm,dengan mengatasnamakan APBN (hanya 19% dari roda ekonomi Indonesia) dan Inflasi, akhirnya pemerintah mengambil kebijakan tersebut. Di sisi lain pemerintah tidak mencoba alternatif peningkatan produksi minyak mentah dan memangkas pengeluaran2 atau pos2 yang dianggap bisa di hemat.

    Subsidi langsung kepada “rakyat kecil” belum efektif. Bbm bersubsidi sering “lari” ke pihak industri atau dijual ke luar negeri secara ilegal. Pengawasan yang sistematis serta teknik pemberian subsidi harus dikaji ulang agar lebih “mengena” ke akar rumput.

    Indonesia berada “di tengah”. BBM keok..pangan bukan Masternya. Berbeda dengan Vietnam dan India yang memposisikan diri pengekspor Beras terbesar di dunia. Kondisi ini harus segera diubah. Kemana arah pembangunan kita? apabila negara ini menjadi “spesialis” di bidang tertentu, pasti akan mempunyai pendapatan yang besar yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat luas(bukan spesialis ekspor asap ya..)

    Bagaimana Om Azwan?

    Wah, komennya hebat, nih. Lebih mendalam dari postingannya.
    Apa nggak ada cara lain ya untuk menghindari kenaikan harga BBM.
    Seperti kata salah satu partai di DPR, mbok pemerintah mengefisienkan lebih dulu
    Pertamina serta membereskan “kebocoran’ yang masih terjadi.
    Kalau udah efisien dan “bersih”, baru berhak menaikkan harga BBM.
    Tul nggak Om White Wizard

  4. “Bersama kita bisa ngeblog!: hehehehehe 😆 sebuah imbauan yang simpatik. Meski demikian, kayaknya memang kita mesti bisa ikut hemat energi. saya membayangkan seandainya kita tidak *halah sok tahu* terus2 mengeksploitasi sumber2 energi bisa berabe buat anak-cucu. dan itu bisa kita mulai dari diri kita masing2. Setju nggak mas azwan? hehehehe :mrgreen:

    Setuj sekaleee. Lucu juga kalau Presiden SBY akhirnya mengumumkan kenaikan BBM, terus dia ngomong, “Bersama Kita Ngeblog”. Tapi bisa dibayangkan, dia bakal ditimpukin sama rakyat. Kata rakyat, udah apa2 sulit dan mahal kok malah ngajak ngeblog. Halah…Btw, terima kasih atas kunjungan balasannya. Saya link di bloggwalking saya ya?

Tinggalkan komentar