Kun Fayakun 3

Sekitar pukul 14.00 acara launching buku dimulai. Tanpa basa-basi Yusuf langsung membuka acara. Ada yang unik dengan gaya Yusuf presentasi, yakni bukan dengan slide power point biasa, tetapi dengan menuliskan kata-kata kunci lewat pulpen khusus di laptop yang dipantulkan dengan proyektor. Tulisan tangan Yusuf yang cakar ayam tidak menghalangi hadirin untuk tetap fokus pada presentasinya.

Bisa ditiru nih gaya seperti ini, tetapi memang presenternya harus mempunyai bahasa verbal yang istimewa. Kalau yang biasa-biasa aja malah gagal total nantinya.

Yusuf sangat yakin dengan konsep Kun Fayakun atau dalam wacana saat ini dapat disamakan dengan The Secret atau Law of Attraction. Secara bercanda dia menamakannya dengan Kun Fayakun Way. Menurutnya, konsep ini merupakan konsep asli Indonesia, bukan seperti La Tahzan yang diimpor dari Timur Tengah.

Gedung berlantai lima tempat acara launching ini diadakan, menurut Yusuf, belum ada pada 5 bulan yang lalu. Dirinya sendiri sempat tidak yakin kalau gedung ini bisa berdiri. Tetapi akhirnya, lima bulan kemudian atau hari ini, gedung megah tersebut berdiri sudah dengan gagahnya di tengah perkampungan Ketapang, Cipondoh, Tangerang.

Sebagai prolog Yusuf bercerita tentang success story seorang pedagang makanan dari Sidoarjo. Dia berhasil menjadi pengusaha sukses hanya dalam beberapa bulan setelah mempraktekkan ceramah tentang sedekah yang didengarnya dari Yusuf. Pedagang kecil tersebut bersedekah Rp 1.000.000 dan setelah dua bulan menanti dia menerima order katering dari PT Lapindo untuk konsumsi para pengungsi.

Pesantren Darul Qur’an nantinya akan berdiri di atas tanah 7 hektar yang memakan biaya sekitar 250 miliar. Yusuf memperlihatkan desain kompleks pesantren dalam tampilan animasi. Taman yang asri dan gedung yang artistik membuat hadirin yang terdiri dari manajer toko buku sejabotabek dan wartawan infotainment takjub dibuatnya.

Yusuf mulai berkalkulasi, dari 10 buku (saat launching baru 7 buku) yang akan diterbitkannya, dia dapat menjual sebanyak 3.2 juta eksemplar per judul atau setara dengan royalti sekitar 320 miliar. Jadi masih ada kelebihan uang. Semua royalti ini telah diwakfkan Yusuf untuk pesantren, bukan untuk pribadinya. Catet…

Optimisme Yusuf memang dibangun dengan keyakinan yang kuat akan konsep Kun Fayakun ini. Dia mengajak toko buku untuk turut menikmati rezeki ini dan merasakan sendiri ampuhnya Kun Fayakun ini. Sebenarnya, menurut Yusuf, dia mampu menjual sendiri buku ini tanpa toko buku. Tapi dia ingin berbagi rezeki dengan toko buku. Sebuah bluff ala orang marketing banget….

Yusuf juga bercerita bahwa dia baru mendapatkan deal dengan Telkom senilai 2% dari penjualan bruto tanpa memiliki sedikitpun saham perusahaan ini. Kurang jelas juga bagaimana perhitungan detilnya, apakah omset Telkom keseluruhan ataukah omset yang ditimbulkan dari content yang diberikan oleh Yusuf ke Telkom. Kalau 2% dari seluruh omset Telkom, wow besar sekali. Dahsyat man…

Bahkan dia menantang toko buku yang mau ikut masuk ke dalam sistem manajemennya, antara lain untuk menjadi ticket box bagi kegiatan seminar dan trainingnya, dengan membeli 1.000 eksemplar tunai. Sebuah terobosan yang berani, meskipun para manager toko buku kelihatannya masih pikir-pikir dan sedikit bengong.

Selama ini, toko buku selalu menggunakan sistem konsinyasi. Kini, mereka ditantang untuk lebih aktif lagi menjual buku, terutama ke majlis taklim di sekitar toko buku. Saat ini, menurut Yusuf, majlis taklim sudah menjadi pasar yang sangat ramai. Jangankan buku, seprei dan apartemen pun sudah dijual di forum ini.

Melihat target Yusuf 3.2 juta eksemplar per judul, jika dibandingkan dengan jumlah rakyat Indonesia yang berkisar di angka 250 juta, sepertinya peluangnya masih terbuka lebar. Tetapi melihat fakta bahwa buku yang paling best seller sekalipun seperti AAC belum melampaui 1 juta eksemplar, rasanya kok optimisme Yusuf berlebihan.

Begitupun, mari kita saksikan bersama apakah Kun Fayakun yang diyakini Yusuf akan terwujud ataukah akan menemui nasib yang sama dengan film Kun Fayakun yang tidak lama beredar di bioskop utama. Kita sih berharap agar target ini bisa tercapai. Jika tidak dengan cara biasa, mungkin dengan cara lain.

Ah Ustadz….

Hebat sekali dikau…

Umurnya baru 31 tahun lho….

9 tanggapan untuk “Kun Fayakun 3

  1. Kun Fayakun bisa bemakna sukses, bisa juga negatif.
    Arti kalimat ini lebih kurang: “jadilah, maka jadilah!”
    Semuanya terjadi karena kehendak Allah.
    Yusuf kaya karena Allah mau dia jadi kaya,
    filmnya gagal, karena Allah mau filmnya itu gagal…

    So, bila target bukunya 3,2jt kopi, maka kegagalan ataupun kesuksesannya juga tergantung kepada: “Kun Fayakun”

    Maaf, saya kurang simpati dg “Kyai Selebriti”… 😦

    Nggak jadi jalan2 ke sana nih?

  2. Yap..
    Kun Fayakun..
    kita liat aja ya Bang… tapi optimisme itu penting. Daripada nggak berani melangkah, mendingan PD ajeeehh… ^^

    Benar La. Mending optimis dan PD daripada pesimis dan minder.

  3. Wah.. Jadi pengen tau nih “the secret – law of attraction” nya ala “kun fayakun” dari Ustadz Mansur. Apalagi ajarannya secara islami.
    pasti lebih dahsyat…

    Mudah2an lebih dahsyat Kang…

  4. Kun Faya Kun …
    hhhmm … aku pernah liat poster filemnya …
    yang dibintangi desi ratnasari kalo gak salah …
    Betulkan Bang …

    Salam saya Bang …

    Benar, Bos.
    Salah satu bintangnya Dessy Ratnasari.
    Sayang, filmnya kayaknya jeblok deh…

  5. optimisme tetep perlu dibangun, mas azwan, utk terus memompa semangat dalam mencari jaringan pemasaran. ustaz semacam yusuf yang menjadi figur publik, mudah2an saja ndak berlebihan dalam mewujudkan target dan mimpinya, amiin/

    optimisme yang dibangun atas fondasi yang rasional memang wajib kita tiru nih…

  6. Hebat juga nih Ustadz…
    Moderen dan islami. Mudah2an tetap seperti itu…

    Yup…
    Mudah2an tidak berubah ya…

  7. Bagi sebagian besar orang, kun fa ya-kun adalah sebuah bentuk pengakuan atas kuasa Tuhan yang tanpa batas. Juga, sebuah bentuk kepasrahan pada ilahi. Ya, diksi yang termaktub dalam surat Yasiin ini memang dimaknai sesuai terjemahan tekstualnya: “jika Tuhan berkehendak maka jadilah sesuai kehendak Tuhan.”

    Artinya, semua detail peristiwa dan kejadian yang terjadi di muka bumi ini sesungguhnya merupakan skenario Ilahi. Tak ada yang tidak!

    Diksi Kun fa ya-Kun, memang sebuah bentuk dukungan terhadap terminologi takdir. Namun, saya gelisah ketika melihat fenomena bahwa diksi ini kemudian justru dijelmakan sebagai sebuah tool (alat) “kepasrahan membabi buta” sebagian besar saudara seiman sesama muslim. Bahkan, ada yang sampai pada taraf begini: “sedahsyat apapun upayamu jika Allah tak berkehendak tak akan pernah terwujud cita-citamu, sebaliknya jika kau sudah memasrahkan segalanya pada Allah, niscaya mudah bagi-Nya untuk berkata Kun fa ya-Kun. Jadi, maka jadilah.”

    Saya gelisah karena konsep kepasrahan yang semacam itu cenderung meredam daya juang untuk maju. Saya gelisah lantaran ukuran-ukuran kemajuan duniawi juga akan dinafikan. Padahal, manusia hidup di alam materi. Bukan semata hidup di alam spiritual.

    Mengapa saya gelisah?

    baca di sini:
    http://kalipaksi.wordpress.com/2009/03/27/kun-fa-ya-kun/

Tinggalkan komentar