Super Mama Seleb Concert

Pernah sukses dengan AFI, Indosiar yang nyaris terpuruk, bangkit lagi dengan Mama Mia yang ternyata menuai sukses. Tak mau kehilangan momen, Indosiar melanjutkannya dengan Super Mama Seleb Show.

Menurut sebuah survei, Super Mama telah berhasil menjadi tontonan dengan rating tertinggi, mengalahkan sinetron Cahaya. Iklan pun mengalir deras. Ini merupakan bukti kalau acara ini digemari masyarakat. Apa yang menyebabkan acara ini disukai?

Pertama, pesertanya terdiri dari para selebriti yang coba menggali bakat mereka dalam menyanyi. Ada pemain sinetron seperti Indra Brugman, presenter seperti Tessa Kaunang, pelawak seperti Bedu, bahkan atlit badminton seperti Dede Hasanah. Meskipun kualitas suara mereka tidaklah sepulen penyanyi betulan, sosok mereka yang kinyis-kinyis tetap menarik untuk ditonton.

Kedua, pembawa acaranya ngocol abis. Perpaduan Eko dan Ruben saling melengkapi. Mereka berdua berusaha menampilkan kreativitas mereka secara spontan untuk menampilkan kelucuan. Bahkan tak jarang Eko rela berguling-guling di panggung. Yang penting penonton tertawa. Ruben yang tinggi badannya “di bawah standar” selalu menjadi bahan olok-olok.

Ketiga, profil mama. Tidak semua selebritis mempunyai mama yang secantik dan sepintar anaknya. Seringkali, mama para selebritis ini sangat lugu. Keluguan ini sering dimanfaatkan oleh Eko untuk memancing tawa. Penonton tentu saja senang. Bahkan kemarin malam, mama Dahlia/nyokapnya Kiki Farel yang medok Betawi abis dan sudah “sendirian” selama 8 tahun, coba dijodohkan dengan seorang penonton bule.

Sang arjuna yang berasal dari Swiss, didaulat ke panggung. Tanpa sungkan mama Dahlia menyodorkan pipinya untuk ditempelkan ke pipi sang mister. Kejadian ini membuat penonton terpingkal-pingkal. Apalagi ketika akhirnya mama Dahlia minta nomor hand phone si bule laksana ABG pacaran. Iih, geli deh…

Ketiga, komentator yang pas. Dari pengamatan saya beberapa kali menonton acara ini, kombinasi Bunda Hetty, Maia Ratu dan Ivan Gunawan adalah yang terbaik. Madam Ivan yang selalu mengkritisi busana peserta dapat sekaligus melawak, menyanyi dan menari. Mata Ivan sangat jeli melihat sekecil apapun ketidakharmonisan mama dan anak dalam berbusana.

Bunda Hetty yang punya suara hasil gojlokan festival juga selalu mengeksplorasi kemampuan bernyanyi peserta. Tak jarang akhirnya Bunda Hetty mengajak peserta untuk bertemu dengannya ke belakang agar bisa di-coach secara pribadi.

Sementara itu, Maia yang sudah berpengalaman sebagai penyanyi, arranger dan produser, mampu memberikan ulasan yang menarik. Aksi panggung yang menjadi fokusnya dipaparkan dengan apa adanya, tidak dibuat-buat.

Kalau komentator lain, menurut saya kurang pas, apalagi Trie Utami, yang menurut saya menjadi kartu mati jika masih berusaha ditampilkan kembali oleh Indosiar. Parto dan Ulfa yang pernah menjadi komentator menurut saya juga kurang pas.

Keempat, hadiahnya lumayan. Setiap malamnya acara ini memberikan hadiah yang lumayan. Saya lupa berapa persis nilai nominalnya. Bahkan penonton yang paling heboh jogetnya juga mendapat hadiah sebesar Rp 250.000. Hanya saja, dalam babak konser selayaknya hadiah untuk penonton ditingkatkan juga biar lebih heboh.

Kelima, juri vote lock. Juri ini memegang peran kunci untuk menentukan siapa yang akan di-DELETE setiap malamnya. Indosiar harus menjaga independensi juri ini. Saya masih melihat ada peserta yang vokalnya kurang bagus dibanding yang lain bisa lolos ke babak berikut. Jangan sampai kejadian Asian Idol yang menobatkan Hardy Mirza terjadi lagi. Istilah vote lock juga sering menjadi sumber kelucuan ketika salah diucapkan oleh beberapa mama menjadi potlot.

Kemaruk

Selain dari kunci sukses tadi saya melihat ada beberapa kedodoran sana-sini yang harus diperbaiki. Di antaranya, durasi acara ini terlalu lama. Bayangkan, dari pukul 06.00, saat pemirsa masih bersiap melakukan sholat magrib, hingga pukul 11.00 atau lebih. Saya tidak tahu pasti kapan berakhirnya dan siapa yang di-delete karena sudah keburu tidur.

Saya juga sedih melihat para mama, apalagi yang berjilbab, melewatkan sholat magribnya. “Ah, barangkali mereka akan menjamak magrib dengan isya. Kok usil banget sih? Masalah begini aja dibahas!”, gumam saya dalam hati.

Lebih sedih lagi, melihat mama yang berjilbab, tetapi anaknya “terbuka” sekali. Sampai-sampai si anak susah bergerak bebas. Takut kelihatan. Lho, bukankah berpakaian seperti itu supaya terlihat? Ah, saya tak punya penjelasan mengenai hal ini.

Tidak adanya batasan waktu yang jelas membuat pengisi acara, terutama Eko, Ivan dan Ruben, selalu berpanjang-panjang dalam mengomentari peserta sehingga lama-lama penonton bisa bosan. Meskipun diberi kebebasan, tetapi pengisi acara harus diberi batas waktu pada setiap sesinya. Jika joke tertentu sering diulang pasti penonton akan bosan. Misalnya saja, saat Eko mengerjai seorang mama (kalau nggak salah mamanya Yadi Sembako) yang latah dan hobi mengucapkan Salam berulang-ulang. Menurut saya, akan lebih baik jika acara ini dimulai dari pukul 07.00 s/d dan diakhiri maksimal pukul 10.00

Selain itu, beberapa pengisi acara sering kehilangan kontrol sehingga secara tidak sengaja mengucapkan kata-kata tidak sopan, seperti maaf “anjing”. Kata ini diucapkan Ivan saat mengomentari tindakan Eko. Beberapa tindakan Eko yang mengerjai beberapa orang mama yang lugu juga sudah keterlaluan.

Demikianlah, jika sebuah acara sukses, maka stasiun tv berusaha untuk memperpanjang napasnya terus menerus. Jika perlu, sebuah sinetron dapat terus dibuat sekuelnya sampai 4, 5, atau 6. Maka, Super Mama diperpanjang terus jam tayangnya hingga mencapai lebih dari 5 jam. Bayangkan gempornya kaki Eko yang terus berdiri.

Karena itu, Super Mama yang sedang di atas angin ini jangan sampai meninabobokkan manajemen Indosiar. Beberapa masukan perlu diakomodasi untuk memperpanjang napas. Sudah saatnya dipikirkan acara lain sebelum Super Mama betul-betul turun seperti AFI di akhir kejayaannya.

Mengacu pada nasib anak-anak AFI perlu dipertanyakan mengapa mereka tak kunjung mengeluarkan album solo. Kecuali T2 yang baru meledak belakangan ini dengan lagu OKE-nya praktis alumni AFI terlunta-lunta, tidak seperti awal kemunculan mereka. Mana Tia yang suaranya mantap banget. Apa nggak ada produser yang sudi membuat album mereka?

Yah, begitulah dunia hiburan, seperti banjir di Muara Baru. Kadang naik, kadang turun. Nanti di saat purnama, naik lagi. Tabik… (Hery Azwan, Jakarta, 11/1/2008).

Update Grand Final Super Mama Seleb Concert:26/2/2008 :

Yang menjadi juara adalah: Adly Fairuz

• Entertainment